-->

Hendra Saputra SH, M.Si Dielukan Kepribadian Rahmattan Lil-Alamin

Baca Juga



MPA, KAB SOLOK – “Didahulukan salangkah, ditinggikan sarantiang” sebuah pepatah dalam bahasa Minang yang berarti penghargaan diberikan kepada seseorang yang di istimewakan sebagai pemimpin dalam masyarakat maupun organisasi kaumnya. Itulah peribahasa yang disebut sebut masyarakat Kabupaten Solok selama ini terhadap sosok Buya Hend.

Buya Hend, calon Doktor bernama lengkap Hendra Saputra, sosok yang cukup dikenal dengan ketokohan yang agamis pandai dalam bergaul. Ilmu dunia akhirat dalam dirinya, senantiasa dihaturkan bagi generasi lingkungannya. Wajar saja bila ia dielu elukan untuk dapat memegang amanah besar dalam memimpin masyarakat Kabupaten Solok kedepan nanti.

Kalau bicara soal sosok calon pemimpin nan ber-ahklak dan takut kepada Allah SWT, serta menjadi Rahmattan Lil-Alamin tentunya dirujuk oleh sebagian pendapat.
Hendra Saputra, SH, M.Si (Buya Hend) Bersama Perdana Mentri Serawak Saat Kunjungannnya Ke Malaysia

Seperti halnya ketika para awak media berdiskusi tentang sosok kepemimpinan yang baik bagi negeri ini, dalam acara silaturahmi bersama Drs. Fuadi, seorang guru surau pengajian tauhid di Sumatera Barat, Rabu sore, (11/9/19).

Drs. Fuadi memang sering memberikan siraman rohani kepada banyak wartawan di Sumbar, khususnya di Kota Padang dan Kab. Solok. Guru pengajian ilmu tauhid di sejumlah surau yang ada di Sumatera Barat ini kian didengar nasihat dan ceramah kehidupannya oleh masyarakat banyak.

Dikatakan Buya Fuadi, seorang pemimpin haruslah dapat menyayangi generasi muda, menghormati kalangan tua, menjaga agar negeri ini jangan binasa dan memelihara adat yang jadi pegangan hidup bersama, di dalamnya termasuk agama. Sesuai slogan: Adat basandi syarak’, syarak’ basandi kitabullah, ( Adat bersendikan syari’at agama dan syari’at agama bersendikan kitab suci Alqur’an ) yang artinya Agama dengan adat tidak dapat dipisahkan.

Adapun martabat seorang pemimpin di Minangkabau, yaitu: Pertama, berakal dan kuat pendirian. Kedua, berilmu, berpaham, berma’rifat ujud yakin, tawakal pada Allah. Ketiga, kaya dan miskin pada hati dan kebenaran. Keempat, murah dan mahal pada laku dan perangai yang berpatutan. Kelima, hemat dan cermat mengenai awal dan akhir. Ke-enam, ingat dan ahli pada adat.

“Dengan martabat seorang pemimpin yang demikian. Maka wajarlah apabila dalam masyarakat Minangkabau seorang pemimpin sangat disegani dan dihormati, terutama oleh kaummnya”, papar Fuadi.

Menjadi pemimpin harus berpengalaman mengelola tatanan pemerintah dan sistim sosial adat istiadat dengan kepribadian yang mendapatkan tempat di hati masyarakat sebagai figur unggul dan mampu. Seperti yang di elukan masyarakat luas terhadap tokoh muda Hendra Saputra SH, M.Si (Buya Hend) untuk di Kab. Solok. Dan juga dikenal dengan sosok kepribadian yang Rahmattan Lil-Alamin.
Seorang Pemimpin di Minangkabau, memiliki peran penting dalam melaksanakan tatanan konstitusi adat istiadat dan lainnya untuk mencapai kesejahteraan masyarakatnya.

Selanjutnya, seseorang yang dianggap mampu mengaplikasikan dan mewujudkan tatanan adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Pemimpin yang di pilih dalam PILKADA harus mampu menjalankan nilai-nilai ketuhanan dengan memakmurkan dan mencintai masjid (Syiar Islam) dengan kepribadiannya yang tidak terlepas dari nilai-nilai agama. Dan selanjutnya mampu memajukan SKPD/ASN yang dipimpinnya, tukas Fuadi memaparkan.

Selain itu, pandangan seorang pemimpin didalam agama Islam adalah berfikir untuk kemajuan serta kebutuhan masyarakatnya dan kemudian ikut memenuhinya. Maka dari itu, kita sebagai masyarakat minang yang dikenal religius, dalam memilih pemimpin di Minangkabau ini tentulah lebih mengedepankan pemimpin yang cukup dekat dengan agama dan takut kepada Allah, SWT. “Tidak ada agama bagi orang yang tidak ber-ahklak”, tutur Drs. Fuadi. (RED)




Sumber : Targetindo.com

[blogger]

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
F