-->

Solusi BagiTantangan Industri 4.0

Baca Juga


Oleh: Irma Faryanti
Ibu Rumah Tangga

Ada pemandangan yang tidak biasa dalam sebuah acara peringatan maulid nabi Muhammad Saw. Acara yang digelar di Dome Al Masoem tersebut dihadiri oleh ribuan siswa dan  guru-guru yayasan tersebut. Acara ini terkesan berbeda karena pada saat itu yang menjadi penceramah adalah wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum. Adapun topik yang diangkat adalah tentang peran ajaran Islam yang diharapkan menjadi solusi menghadapi tantangan industri 4.0. (pikiran-rakyat.com)

Dalam ceramahnya Wagub menyatakan bahwa dalam menghadapi tantangan zaman termasuk era industri 4.0,  harus dijawab dengan prestasi akademik dan mengamalkan agama. "Pemahaman dan pengamalan terhadap ajaran Islam akan menjadi benteng dalam menghadapi semua kondisi zaman. Kita takkan mudah goyah, stres apalagi frustrasi kalau pegang agama," ujarnya. Lebih lanjut Uu mennyatakan agar para siswa dan mahasiswa Al Ma'soem, memegang ilmu mendasar yakni tauhid juga ilmu fikih atau syariat berkaitan dengan pelaksanaan ibadah.

Mengomentari momen yang dinilai istimewa ini, Ketua Yayasan Al Ma'soem Bandung, Ceppy Nasahi Ma'soem mengatakan, ceramah kali ini disampaikan wakil gubernur karena posisi beliau sebagai panglima santri dan penceramah.

Peringatan Maulid nabi yang sejatinya digelar untuk semakin menambah kecintaan terhadap Rasulullah Saw, bukan sekedar memgingat jasa dan perjuangan beliau tapi semestinya menjadi jadi moment tepat untuk bersegera mewujudkan syariah yang dibawa oleh Rasulullah untuk segera diterapkan. Namun faktanya umat seolah dibuat lupa akan kewajiban penerapan Islam Kaffah. Syariah dalam sistem sekular lebih ditonjolkan dengan berbagai hal negatif. Istilah terorisme dan radikalisme dalam Islam menjadi isu yang terus digoreng ke tengah umat, agar muncul ketakutan dan kekhawatiran terhadap agamanya sendiri. Hal ini tentu menjadi tugas berat bagi kaum Muslim untuk mengembalikan pemahaman yang sebenarnya ke tengah umat yang nyatanya lebih digiring ke arah persiapan menghadapi era industri daripada berpegang teguh pada Syariah yang dibawa oleh Rasulullah. Seperti isi ceramah Wagub yang lebih mengedepankan bagaimana bersiap menghadapi industri 4.0, Syariah seolah sekedar menjadi pemanis yang melengkapi. Terkait pesan Wagub untuk bersiap menghadapi industri 4.0, penting bagi kita untuk mengetahui apa sebenarnya industri 4.0 tersebut.

Dalam sebuah artikel di laman Facebook-nya, Prof Dr Ing Fahmi Amhar mengungkapkan bahwa sejarah zaman industri baru sekitar 2 abad.  Namun dunia industri sudah mengalami empat kali revolusi.  Revolusi pertama tahun 1784 ketika ditemukan mesin uap, yang kemudian menggantikan tenaga manusia atau hewan di pabrik-pabrik, pertambangan atau alat transportasi.  Revolusi kedua terjadi tahun 1870 ketika tenaga listrik mulai digunakan secara massif untuk membagi pekerjaan manufaktur dalam ban berjalan.  Revolusi ketiga terjadi tahun 1969 setelah semi konduktor membuat perlengkapan elektronik menjadi murah.  Dan kini, revolusi industri keempat sedang terjadi, yang ditandai tiga teknologi kunci: Internet of things (IoT), BigData, dan Artificial Intelegence (AI).

IoT menghubungkan semakin banyak elektronik di kehidupan kita.  GPS pada telepon pintar kita, bisa memberi tahu rumah kita ketika kita pulang, sehingga mengaktifkan pendingin ruang, menghidupkan mesin pembuat kopi hingga penanak nasi.  Pintu pagar rumah kita yang dilengkapi CCTV bisa mengenali kita secara otomatis dengan memadukan pengenal wajah dan informasi dari telepon pintar.  Bahkan jika kulkas kita “menyadari” bahwa ada isinya yang kurang (misalnya susu atau daging), dia bisa memesan sendiri ke supermarket terdekat secara online.
 
Akibat revolusi ini, dalam beberapa tahun mendatang akan terjadi pergeseran pekerjaan secara besar-besaran.  Perusahaan ojek-online yang baru tumbuh dan meraksasa, boleh jadi dalam beberapa tahun mendatang akan tergantikan dengan ojek tanpa driver menyusul kesuksesan taksi tanpa sopir.  Di masa lalu, mesin uap juga telah menggeser jutaan buruh.  Penerangan listrik menggeser jutaan petugas penyala obor penerangan jalan.  Sentra Telepon Otomat menggeser jutaan petugas switching Telkom.  Maka kini IoT, BigData dan AI akan menggeser jutaan sekretaris, sopir, penerjemah, satpam, bahkan guru.

Manusia mendapat tugas utama untuk ibadah dan seorang mukmin memiliki misi untuk menyebarkan rahmat ke seluruh alam.  Tentu saja, ibadah semisal sholat, tidak bisa diwakilkan.  Tidak boleh juga tugas seorang imam atau khatib dibebankan pada robot, sekalipun hafal Qur’an dan bacaannya merdu.  Berbagai pekerjaan kreatif yang melibatkan emosi seperti seni, inovasi teknologi dan fiqih juga tidak bisa dilakukan oleh komputer yang semestinya cukup menjadi alat pendukung saja. 
Namun semua ini hanya bisa dilakukan jika umat Islam menjadi umat terbaik di dunia.  Hanya dengan terbaik itu mereka lebih berwibawa untuk menyuruh yang makruf dan mencegah yang mungkar serta [mengajak] beriman kepada Allah.  Seperti firman Allah Ta'ala yang artinya :

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron: 110)
Tanpa berkualitas terbaik, revolusi industri 4.0 akan terlepas dari tangan umat Islam seperti revolusi industri sebelumnya.

Agar kita menjadi yang terbaik itu, maka umat Islam wajib mewarisi sifat-sifat unggul yang pernah dimiliki para Nabi dan generasi salaf, yaitu berintegritas (shiddiq), pembelajar (fathonah), tuntas bekerja (amanah) dan berani menyampaikan kebenaran (tabligh).  Inilah sifat-sifat unggul yang diperlukan untuk menghadapi revolusi industri 4.0 yang suka tak suka saat ini telah memasuki rumah-rumah kita.

Hal yang perlu dipersiapkan adalah kesiapan SDM umat Islam untuk menghadapi semua kondisi. Sebuah pepatah yang sangat terkenal "Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka, bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedang kalian diciptakan untuk zaman kalian". Artinya, ilmu itu bersifat dinamis dan tidak tetap, keberadaannya menyesuaikan dengan kondisi sekarang dan kehidupan masa depan.

Keseimbangan meraih urusan dunia dan akhirat sangat jelas tersirat dalam surat Jumu'ah ayat 10:
 "Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung". Hal penting yang mesti kita pahami adalah setelah umat Islam selesai melakukan salat, harus segera bekerja untuk mencari rezeki Allah di muka bumi. Ketika umat Islam sedang mencari rezeki tetap harus ingat kepada Allah. Apabila ini menjadi mental dan karakter muslim, maka kemenangan di dunia ini akan dapat diraih

Islam adalah solusi bagi seluruh permasalahan yang terjadi di muka bumi. Industri 4.0 yang penuh tantangan pun akan mampu tersolusikan ketika berpegang teguh pada ajaran Islam. Dan syariah ini hanya akan mampu menjadi solusi yang terlaksana sempurna jika didukung oleh sistem yang paripurna yang akan menerapkan aturan Allah secara menyeluruh di setiap sendi kehidupan. Momen peringatan Maulid seharusnya dijadikan sebagai tonggak perjuangan dalam mewujudkan syariah Islam, dan kembali pada  sebuah sistem hidup yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah Saw.

Wallahu A'lam bi As shawwab


[blogger]

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
F