-->

Cermat Memilih Pemimpin Jangan Terlena “Pesan Moral Tapi Tak Bermoral

Baca Juga

C:\Users\AXIOO\Pictures\KUMPULAN FOTO\bilboard politron\FB_IMG_1472319453703.jpg
By : Zainal Abidin.HS

“Masyarakat  membutuhkan sosok pemimpin yang teladan, bukan pemimpin rakus dan pembohong. Pernyataan ini jelas bukan pernyataan basa-basi tanpa arti”.

MPA,PADANG - Di tengah era euforia politik dan demokrasi yang kita hadapi sekarang, masyarakat  berharap akan menghasilkan pemimpin yang tangguh, bijak, merakyat, berintegritas tinggi, bisa menjadi suri teladan masyarakat. Jangan sampai terpilih sosok pemimpin bobrok yang praktiknya  seperti  jauh panggang dari api. 

Demokrasi pemilihan pemimpin kepala daerah selama ini, sepertinya menjadi ajang menonjolkan politik kemasan dan ke berpura-puraan, yang intinya hanya untuk menyuburkan para petinggi yang hobi cari perhatian (caper) dengan berbagai cara melalui pesan- pesan moral yang tertulis dalam baliho- balihonya yang menyebar diseluruh pelosok, baik ditingkat Kabupaten dan Kota

Pesan moral ini juga tak terlepas dari peran media cetak, elektronika dan online, yang penting bisa heboh dengan harapan mendapatkan perhatian masyarakat. Apakah itu pesan moral penuh kebohongan atau tidak. Yang penting niatnya bisa tercapai.
Calon pemimpin kedepan menjelang pesta demokrasi, tentu tidak terlepas oleh peran  tim khusus (Timsus) yang dibentuk untuk membangun opini secara massif, kontiniu dan sistematis, baik langsung maupun tidak langsung untuk mengorbitkan idolanya dengan popularitas, tapi belum tentu idola yang dipopularitasnya itu berkenan dihati masyarakat
Timsus harus mampu menghadang tokoh- tokoh calon pemimpin lainnya,  yang dianggap lawan dari tokoh calon pemimpin idolanya, dengan melakukan penggalangan opini atau propaganda yang tak kalah masifnya dan paling ngetrent, mereka melakukan propaganda- propaganda rekayasa melalui dunia maya. ini sangat luar biasa dahsyatnya, dan propaganda busuk itu, benar- benar dilakukan kepada lawan- lawan politiknya 

Pasalnya, timsus dibidang sosial media ini didukung oleh pernyataan-pernyataan para opinian maker yang sudah disiapkan sebelumnya agar tampak natural, sehingga kesan publik mudah percaya dengan framing yang mereka bangun. Ini membuktikan rekayasa opini di media sosial memang dahsyat dan efektif untuk dimainkan oleh mereka-mereka yang mengincar posisi-posisi strategis di pemerintahan, parlemen, ataupun aneka jabatan publik lainnya.


Inilah fakta yang dihadapi masyarakat kita sekarang. Mereka sulit mengidentifikasi mana pemimpin yang benar dan amanah atau mana pemimpin palsu hasil branding media sosial. Ruang publik sudah penuh sesak oleh perang opini, saling ungkap borok masa lalu, perang ancaman, psy war, serta saling hujat menghujat dan saling kecam mengecam demi kekuasaan. 

Para elite Politik kita telah mempertontonkan perilakunya  yang melelahkan, dan tidak pantas menjadi contoh kearah yang baik bagi masyarakatnya. Memang tidak semua pejabat negara terbawa arus yang lagi tren ini. Namun, para pejabat yang baik dan kompeten di bidangnya sering kali kalah di medan pertempuran sengit yang sudah dikuasai para kelompok yang mampu menguasai dunia maya dan ruang publik itu. 

Jika sudah begini, dalam perdebatan mengenai isu-isu politik, hukum, ekonomi, sosial, agama dan budaya, masyarakat awam sangatlah  sulit untuk membedakan mana yang benar dan yang salah. Dan dimungkinkan yang salah bisa dianggap benar dan sebaliknya yang benar itu dianggap salah. 

Apakah demokrasi harus dilalui dengan tahapan yang membingungkan seperti ini?.. kita tidak tahu persis. Yang jelas, saat ini masyarakat makin sulit mencari pemimpin yang bisa menjadi panutan dan teladan. Mayoritas rakyat memilih pemimpin karena budaya ikut-ikutan. Ibarat akuarium, orang akan sulit membedakan antara ikan, mana arwana dan lele, karena airnya sudah dikeruhkan dan penuh kotoran lumpur. 

Sudah sedemikian parahkah kondisi kita sekarang ini?. Mari kita merenung sejenak sebelum menjawab pertanyaan ini. Bagi mereka yang pesimistis, pasti setuju dan menyatakan situasi negeri ini sudah sedemikian parah. Air akuarium yang sudah sangat keruh itu harus segera dikuras dan diganti dengan air bersih yang jernih, sehingga dari jauh kelihatan mana yang ikan arwana yang indah itu dan mana ikan lele yang berbisa itu. 

Sementara bagi yang optimistis, mereka merasa yakin dan menebak bahwa yang dia pegang adalah ikan arwana meski sebenarnya samar- samar di air keruh. Jangan-jangan mereka tidak sadar sebenarnya yang dia timang-timang selama ini hanyalah seekor ikal lele yang yang bertaji tajam, berbisa dan pandai berdandan seperti arwana. Bangsa Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu menjadi teladan,mulai dari  kata, janji dan tindakannya. 

Biasanya pemimpin yang orisinal dan bijak seperti ini akan mudah ditemukan, meskipun dia sedang dikelilingi para pemimpin pura-pura di dalam air yang keruh. Perlu kita camkan secara cermat, untuk memilih pemimpin jangan sampai terlena oleh slogan- slogan yang menghembuskan bisikan atau kata- kata “Pesan Moral Tapi Tak Bermoral”  ***
[blogger]

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
F