-->

Langkah Demi Langkah,Episode 02

Baca Juga


Penulis By: Dasril, M.Pd
Kepala Bidang PTK Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh - Sumatra Barat.
Editor: Khanis Selasih & Syamdani

            "Malam ini kita panen raya, ibarat mendapat  durian runtuh!" kata Sican.  
            "Mungkin malam ini  malam puncak jatuh terbanyak durian di  kebun Pak Syawal," gumamku dalam hati.
            Tak satu pun durian kami kupas malam itu, karena berharap besok siang akan kami makan bersama semua anggota Karang Taruna Remaja Kreatif Desa Tanjung Situjuh Gadang. Malam semakin larut, satu persatu kami mulai kelelahan menahan kantuk. Api unggun yang kami buat dari membakar sisa-sisa pokok pohon kering mulai meredup. Bakaran ubi kayu habis tak tersisa dan seduhan kopi hanya tersisa residunya saja di gelas masing-masing. Beberapa buah durian yang kami kumpulkan malam itu diletakkan di sudut kandang pondok dekat  obor.

Kidir dan Sican  masih duduk berselimut kain sarung di pojok pondok, sambil menghisap rokok daun pucuk enau  yang sudah digulung dengan tembakau. Kidir dan Sican terus menunggu jatuhnya durian matang dari pohonnya. Ada tujuh batang pohon durian yang berbuah di musim buah tahun ini.
  
             Mula-mula Jaluk mulai terdengar dengkurnya sambil tidur berselimut kain sarung di lantai pojok pondok. Tak lama berselang Sican juga mulai menguap-nguap menahan kantuk. Tak beberapa menit kemudian Sican juga tumbang terkulai sambil bersandar di tubuh Jaluk yang semakin asyik menikmati dengkurnya. Kulihat jam di arloji tanganku sudah pukul 04.30 WIB. "Sudah hampir pagi," pikirku. Sican juga semakin erat gulungan selimutnya.

            "Bangun... bangun... bangun...!" suara serak Jaluk memecah pagi hari.
           Suara Jaluk membangunkan tidurku yang sedang menikmati mimpi. Mimpi sedang makan durian dicampur lemang ketan yang dihidangkan oleh Anisah, Sang kekasih dalam rapat karang  taruna. Kami semua bangun sambil mengusap-usap mata karena masih perih menahan kantuk.

            "Mana duriannya, apa dah dibawa ke Balai Pemuda ?" tanyaku pada Sican dan Jaluk. Sedangkan  Kidir masih asyik mendengkur bagaikan bunyi gerobak kayu yang didorong tapi pecah kalahar,”Bersambung ke episode 3

[blogger]

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
F