-->

Articles by "Senibudaya"

Showing posts with label Senibudaya. Show all posts

SUMBAR - 20 MEI 2023 - Di rumah Gadang Suku Banuampu, Jorong Talago, Nagari Tujuah Koto Talago. Suku Banuhampu VII Koto Talago, mengelar acara prosesi adat, Rektor Universitas Negeri Padang sekaligus Tokoh Pendidikan Limapuluh Kota Profesor Ganefri dilewakan gelarnya. Selain Prof Ganefri, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar yang hadir kala itu turut dianugenugerahkan gelar kehormatan ‘Sutan Khalifah’.


Acara tersebut disaksikan langsung oleh Anggota DPR RI Arteria Dahlan, Anggota DPD RI Ema Yohana, Ketua DPRD Provinsi Sumbar Supardi, Wakil Gubernur Audy Joinaldy, Bupati Limapuluh Kota Safaruddin Dt.Bandaro Rajo bersama ketua TP PKK Nevi Safaruddin, Ketua LKAAM Sumbar Fauzi Bahar, Pj.Walikota Payakumbuh Rida Ananda, Kapolres Limapuluh Kota dan Kapolres Payakumbuh AKBP. Ricardo Conrat Yusuf dan AKBP Sri Wahyuni Lestari, Sekretaris Daerah Widya Putra, dan sejumlah civitas akademika UNP.

Menteri Abdul Halim Iskandar yang akrab disapa Gus Halim dalam sambutannya mengakui begitu kentalnya adat istiadat di Ranah Minang. “Tidak hanya adat istiadat Minangkabau yang saya kagumi, tetapi tokoh-tokoh yang berasal dari Minangkabau berperan besar dalam perjalanan bangsa dan mahsyur sampai ke luar negeri serta memiliki jaringan diplomasi yang sangat luas,” ungkap Gus Halim.


Ia pun merasa bahagia menjadi bagian dari salah satu prosesi adat sakral yang diselenggarakan hari ini. Selain itu, Gus Halim mengajak masyarakat Minangkabau kompak untuk mempertahankan adat istiadat walaupun telah berubah zaman.


“Prinsipnya adalah pembangunan harus berakar dari adat istiadat setempat. Ayo pertahankan dan kembangkan Budaya Minangkabau,” ajak Gus Halim. Selain itu, Gus Halim menyatakan, di tahun 2023/2024, Kabupaten Limapuluh Kota akan direncanakan jadi tuan rumah Hari Desa Wisata Nusantara di Limapuluh Kota.


Sebelumnya, Wakil Gubernur Sumatera Barat Audy Joinaldy dalam sambutannya mengatakan, jika berbicara Datuak sebagai Pucuak tertinggi di sebuah kaum, banyak proses dalam mencapai gelar tersebut, sepak terjang Prof.Ganefri sudah tidak diragukan.


“Track recordnya sebagai salah satu tokoh pendidikan di Sumatera Barat, bahkan Indonesia telah dibuktikannya selama ini, banyak inovasi yang lahir dari pemikiran Prof.Ganefri dalam pembangunan UNP bahkan Sumatera Barat, untuk itu gelar ini sangat pantas diberikan kepadanya,” ucap Wagub Audy. 


Semoga, Prof.Ganefri yang bergelar Dt. Djunjungan Nan Bagadiang mampu membimbing anak kemenakan dan makin banyak melahirkan inovasi-inovasi dengan tetap menjaga adat istiadat serta mampu menjalin koordinasi dan kolaborasi dengan Pemerintah, pinta Wagub Sumbar.


Dikesempatan itu, Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKKAM) Sumbar Dr. Fauzi Bahar, M.Si Datuk Nan Sati, juga menyebut. "Batagak penghulu merupakan wujud budaya Minangkabau yang "tak lakang dek paneh tak lapuak dek hujan," juga sebagai wujud demokrasi dalam suatu kaum.


Untuk itu, marilah kita jaga integrasi dan menghindari persengketaan tanah melalui sertifikat tanah komunal, dan kita berharap terus membina anak kemenakan kita" ujar mantan Wako Padang ini.


Disisilain, Prof. Ganefri, Ph.D Datuk Djunjungan Nan Bagadiang, mengucapkan terimakasihnya atas kehadiran para tamu dalam dan luar negeri, juga semua panitia dari kaum Banuhampu, ninik mamak serta pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota, camat dan pemerintah nagari yang telah mensukseskan prosesi sehingga berjalan lancar" kata Rektor UNP yang juga Ketua Majelis Rektor PTN Indonesia ini.  An


SUMBAR - Padang - Grup Randai Tuah Sakato, Desa Talago Gunung, Kecamatan Barangin, Kota Sawahlunto,  pada Kamis (4/5/2023) unjuk kebolehan di Taman Budaya Sumbar, Kota Padang.

Penampilan grup randai tersebut menyemarakan Diskusi Seni Budaya di Sumbar. Diskusi itu menampilkan pembicara; Syaifullah, S.Pd, MM,  Prof. PR Raudha Taib, Dr. Yulizal Yunus dan Rizal Tanjung.


Para pemateri tersebut mengupas tentang seni dan budaya di Minangkabau Sumbar. 


Sebelum diskusi dimulai, randai binaan KAN Talago Gunung dan Yoarizal tersebut menunjukan kebolehannya dihadapan ratusan pasangan mata.

Mengambil kisah cerita cinta segitiga, Siti Dahlia, membuat penonton terlongoh longoh menyaksikan penampilan Randai Tuah Sakato Talago Gunung, Kecamatan Barangin, Kota Sawahlunto dibawa binaan Camat Barangin, Subandi,SH itu.


Bahkan Kadis Kebudayaan Sumbar, Syaifullah,S.Pd, MM, pun sempat menyaksikan penampilan grup randai dengan pembawa cerita Rara dan Raysa itu.


Talempong pacik dan seruling membuat penonton pun tersesona mendengarkan dentungan dan salungnya yang menusuk hingga ke jantung hati.


Dihari itu, Randai Tuah Sakato dobawa kawalan Kepala Dusun Talago Gunung, Jul Amril  dan Kades Talago Gunung, Ismet Ulya dan bundo kanduangnya benar-benar merasa bangga atas penampilan grup mereka.

penulis delvia.  

SUMBAR - MEDIAPORTALANDA - Wakil Gubernur Sumbar Audy Joinaldy menyerahkan bantuan alat ekonomi produktif berupa 20 stup lebah madu Galo-Galo dan 600 bibit pohon jengkol pada Kelompok Hutan Kemasyarakatan (HKM) Musus Saiyo di Nagari Ganggo Hilia, Kecamatan Bonjol, Kabupaten Pasaman, Minggu (22/1/2023).


Berdasarkan survey yang diadakan pemerintah pada 2022 lalu, Wagub Audy mengatakan kehutanan sosial sudah mulai meningkatkan pendapatan bagi masyarakat pengelola hutan. 


"Masyarakat diperbolehkan mengelola hutan, asal memiliki izin dan tidak menebang pohon. Jika masyarakat mengalami kekurangan alat produksi, juga bisa meminta bantuan pemerintah daerah," kata Wagub.


Ia juga menekankan agar hilirisasi produk hasil perhutanan sosial ini nantinya juga harus diperkuat dengan branding dan packing yang layak. Sehingga proses produksi hulu hingga ke hilir dapat melibatkan semakin banyak masyarakat setempat.


"Yang penting didukung oleh masyarakat. Kalau masyarakat, terutama niniak mamak mendukung, pemudanya bisa berdaya. Keterlibatan masyarakat bisa menyeluruh sehingga ekonomi nagari bisa berkembang," jelasnya.


Dikatakan Wakil Bupati Pasaman Sabar AS, hal ini merupakan peluang bagi masyarakat Pasaman. Melalui intervensi dukungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, telah banyak bantuan penguatan ekonomi di sekitar hutan untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Khususnya di Kecamatan Bonjol yang merupakan kawasan wisata terpadu terintegrasi, Sabar berharap kegiatan-kegiatan perhutanan sosial dapat turut menggali potensi Bonjol sebagai destinasi wisata.


"Sebagai destinasi wisata, akan ramai nanti kunjungan ke Bonjol. Tentu butuh produk-produk pertanian yang sudah dikemas, karena dengan ramainya kunjungan ke Pasaman, otomatis Pasar akan terbuka," ujar Sabar.


Sementara itu, Satria Budi Dt. Jalelo, Ketua Kelompok HKM Musus Saiyo menuturkan, kawasan hutan di Nagari Ganggo Hilia memiliki potensi tanaman jengkol, durian, manggis, kulit manis, pinang dan madu galo-galo. Sebelumnya, HKM Musus Saiyo juga sudah pernah mendapat bantuan pemerintah berupa 20 stup lebah madu Galo-Galo dan mesin pengupas pinang.  (MC Prov Sumbar)


Penulis Jhon Pratama


Bajalan urang barami rami

Singgah sabanta pasa baso

Ramadhan datang disukuri dihati

Marilah meminta ka Nan kuaso


Pakan baru langsueang kaduri

Naieak Oto bus nyo kancang

Bamaafan paralu untueang kami

Dunsanak ambo harus manimbang 


Tarang bulan di ateh angkasa

Tando ndak ka mungkin hujan

Sanang kawan di baleh kata

Ambo indak ka lupoin kawan


Bajalan paliharo lah kaki

Beko salah langkah kito

Kawan ambo molah kamari

Ambo basalah maaf dipinto


Biarlah hati yang mangato 

Disinan kito tau sadari diri

Marilah kini tuang diri kito

Maafkan ambo kabulan suci


Jago lisan ka mangangecek

Supayo urang ndak tasingueang

Puaso ramadhan sarato Nieak 

Ambo sanang sanak manyambueang. 


Disusun jari nan kasapulueah

Minta ampun ka pado Allah

Dimanapun diri nan manampueah

Puasa kawan perintah Allah


Puaso tibo ramadhan bulanyo

Anak anak tunjueak ajari

Ambo hanyo bapasan pulo

Sanak ajak bujueak kasadonyo pamili


Seminggu lai mungkin puaso 

Jalang manjalang itu tradisi

Manunggu lai yakin sanak sudaro

Riang sanang katuju kami


Riak gelombang aie di lauwiak

Urang manjalo ikannyo capa

Dunsanak sanang laie manurueak

Riang kironyo berbuka puasa


Ampek ampek jadi salapan

Tambah duo jadi sapulueah

Dunsanak ingek lai bapasan

Ibadah kito mulai dari subueah.

Photo Istimewa 


MPA, PADANG  - Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Kepolisian Daerah Sumatera Barat (Polda Sumbar) Kombes Pol Satake Bayu Setianto, S.Ik menyampaikan bahwa media massa sangat berperan besar dalam penerapan Perda Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB).


Ini disampaikan Kabid Humas didampingi Kasubbid Penmas AKBP Arlenawati dan Kaur Mitra AKP Henwel, saat silaturahmi kemitraan antara Bidhumas Polda Sumbar dengan rekan wartawan, Senin (21/9) di Mapolda Sumbar. 


"Peranan media dalam melakukan sosialisasi Perda yang sudah disahkan DPRD Sumbar, sangat besar dalam memutus mata rantai penyebaran Xovid-19," katanya.


Dikatakan, Polda Sumbar beserta Polres-polres jajarannya sudah melakukan sosialisasi Perda AKB kepada masyarakat yang dilakukan selama satu minggu.


Namun untuk sekarang ini katanya, sosialisasi tidak ada lagi, sehingga akan diberlakukan sanksi bagi yang tidak memakai masker. Dimana, dalam melakukan tindakan dan pemberian sangksi dilakukan Satpol PP dibantu TNI dan Polri.


"Dalam Perda ini diberikan sangksi kepada masyarakat yang tidak memakai masker," pungkasnya.(*)


Sumber Bidhumas Polda Sumbar 

Oleh : Pinto Janir

Sirine oto ambulan manggaruang-garuang bantuak mambalah raminyo jalan raya.  Bunyinyo mandanyuik-danyuik takah urang manahan sakik nan indak takiro padiahnyo. Di ateh oto tu kini Didit angok-angok i surang diri. 

Astaga,  muntah Didit tasambua! Duo perawat di ateh oto tu saliang mamandang ibo mancaliak derita nan dihadok i Didit. Tangan Didit bantuak indak lapeh-lapeh mangganggam tangan perawat nan mandampingi Didit di ateh ambulant u.  

Mungkin Didit maraso iko tangan mamanya. Babarapo kali Didit nan badannyo basah dek darah maaguik-aguik jo suaro tatahan-tahan  manyabuik namo : “ Ma……ma…….mama…….mama….mama….opa…opa !”. 

Makin runtuah hati perawat tu mancaliak derita anak ketek ko. Sambia maimbau-imbau “mama….opa….mama…opa “ aia mato Didit taruih  mailia tiado hanti di pipinyo nan basah pulo dek ganangan darah.  Antah ma nan aia mato antah ma pulo nan darah indak jaleh lai  doh. Mungko Didit lah panuah  dek darah. Kini aia mato jo darah samo dareh mancoro di badan anak ketek ko. 

Jarang tajadi aia mato kalua dalam keadaan diri tak sadar. Kalau adoh urang manangih dalam pinsan, mungkin nan manangih tu bathinnyo, alam bawah sadarnyo, rayan-rayannyo. Mungkin baitu nan tajadi di ateh diri Didit.

Sabana ibo awak mancaliak keadaan Didit. Di saat inyo sadang ingin badakek-dakek dan sadang  butuah-butuah bana jo  belai kasih sayang sang papa, orang yang disayangnyo ko pun pai maninggakannyo untuak  salamonyo. 

Sakik jo padiah  nan sangaik luar biasa tu ditahankannyo surang diri, bathinnyo sangaik ingin adoh mama jo opanya kini. Keinginan Didit manjadi keinginan nan paliang  pahik. Dalam sekarat pangananyo rayan-rayan. Sarupo di surogo, papanya tabayang dek inyo takah maimbau-imbau Didit. 

“ Didit….Didit….Didit….kemarilah, Nak….!” 

Nan tadanga tantu nan hinggok di talingo. Nan tangiang, tantu nan  hinggok di hati jo pangana kito . Ngiang papa maimbau-imbau tu bana kini nan taraso jaleh  ingok dalam pangana Didit. Aia matonyo jatuah di antaro sadar jo indak sadar. “Papa….papa…..!”. 

Duo perawat nan mandampingi Didit di ateh oto tu indak tahan pulo mancaliak Didit. Mungkin duo perawat nan mama muda ko sadang tabayang pulo ka anaknyo nan persis samo gadang jo Didit. Ingin inyo mamaluak anak ketek nan takapa di ateh oto ko, tapi, ba-a lah. Lutuik perawat ko se retek mancaliak Didit nan bataruang jo maut. 

“ ya Allah, kuatkan lah anak ini Ya Allah....”, perawat tu badoa jo aia mato nan jatuah pulo. 

“Kuat ya Nak...kuat ya Nak...”, nan perawat surang lai bausaho manyeka darah jo aia mato Didit nan malampok mungkonyo. 

Ning…nong…ning….nong….ning….nong….!

Sarine ambulan makin kareh bunyinyo dan  lajunyo makin kancang mambuso. Tibo-tibo adoh pulo oto kijang warna hitam nan bantuak  indak namuah  maagiah jalan. Makin kancang bunyi sarine, makin indak juo inyo maagiah ambulan ko untuak lewat. Manapilah saketek ko ba-a ! Samantaro jalan tu alah balapih tigo pulo dek oto. Kalau nyo geser stek ka kida, mungkin ambulan ko bisa lalu mah. 

Ba-a kok supir nan mamaboak kijang itam ko bantuak  indak gelisah saketek alah he mandanga sarine manyalo? Kama lah raso kemanusiaannyo ko ha. Kalau ambulan mahiduik an sarine, minggir se lah awak lai.  Ko indak…!

Atau bisa sajo sopir kambuik tu mungkin  manyangko ambulan ko sadang kosong. Karano adoh pulo babarapo oknum nan mambaok oto ambulan, untuak mailak an macet, sarine oto tu inyo nyalokan juo , padohal, isinyo kosong dari pasien. 

“ Turun lakeh Cai……”, supir ambulan mamarintahkan urang nan duduak di sampiangnyo ko untuak turun. Si Cai lansuang mambukak pintu. Tapi, pintu oto  ko takapik lo dek oto nan di subalah kida. Lakeh nyo bukak kaco oto. Inyo juluaan kapalonyo snek , “ Pak tolong baok ka kida oto apak ko stek...majukan  ka mungko stek Pak…!” 

Oto di subalahnyo ko tampak bausaho pulo manggeser. Nyo takan klakson kareh-kareh supayo oto di muko pun bagerak lakeh. Baitu adoh saketek ruang tacacah, si Cai mambukak pintu oto dan  balari ka muko oto Kijang Itam nan haniang lelek tu tadi.  

“ Oi Pak…indak tahu apak adoh ambulan di balakang…” Nyo tokok-tokok dek si Cai pintu oto nan bakaco galok tu agak kareh-kareh. Ampiang si cai tabiak suga.  Baitu pintu tabukak si Cai lansuang manyambua: “ Diak….geser oto wa-ang tu ka kida saketek lah….Cimpapuih buruak ang mah”. 

Ruponyo nan mambaok oto tu anak mudo nan bantuak urang cengengesan. Disubalahnyo adoh pulo cewek. Lah jaleh adoh ambulan, inyo asik bapole-pole juo baduo. Amuah si Cai raso ka ma naka paja tumbuang ko. Untuang paja ko lai capek maensuik-ensuik an otonyo sahinggo adoh ruang saketek untuak ambulan lewat.

Samantaro ambulan nan mambaok Yanti, Hendra jo Rini bini Hendra, masih agak jauh di balakang. Anak-anak Hendra diselamatkan polisi di ateh oto patugeh ko. Anak-anak ko manangih-nangih. Untuang sajo bisa dibujuk dek seorang Polwan rancak nan elok hati nan kaibuan bana. Duo anak hendra nan duduak di bulakang, lai indak cidera doh. Kapalonyo bangkak snek dek tahantuak. 

Nah....

Baitu tibo di simpang RSUP, ondeh macet lo baliak ha. Untuang oto-oto lai namuah capek baralah. Inyo agiah jalan ambulan ko.  Ambulan  tu segera masuak ka gerbang  rumah sakik nan luasnyo saktitar 8 hektar labiah snek ko. 

Lansuang ka IGD. Baitu pas  baranti di mungko IGD, babarapo petugas medis di IGD tu sigap manyambuik. Tampaknyo pelayanan IGD di rumah sakik batipe A ko agak mulai  rancak. Mulai agak bantuak IGD-IGD di pilem-pilem Amerika. Walaupun masih adoh juo nan tadanga-danga urang pai barubek ka rumah sakik ko kurang mandapek pelayanan tak memuaskan, namun kali ko Didit ditangani dengan capek dan ligat. 

Adolah Dokter Jon namonyo. Urangnyo gagah. Bantuaknyo ramah.  Inyo dokter spesialis. Mungkin kapalo IGD di rumah sakik ko. Inyo perintahkan anak  buahnyo untuak capek-capek memberikan tindakan nan tapek. Samantaro dokter Jon batanyo soal ba-a kedaan atau riwayat  korban sapanjang jalan  ka duo perawat nan mahantakan Didit tadi. 

“ Dok, korban tadi muntah di  ateh ambulan !” kecek perawat ka dokter Jon. 

“ Berarti ada cidera berat di kepalanya !” kato dokter Jon sarayo mamarintahkan kepada para tenaga medis yang menangani Didit untuk segera melakukan tindakan yang teliti dan bana.  

Dokter Jon mambari parintah pulo ka  dokter Friska untuk segera melakukan pemeriksaan. Dokter Friska ko tamatan Universitas Padjajaran. Indak lamo sasudah tu tibo lo ambulan ciek lai, ambulan nan mambaok Yanti,Hendra dan Rini. 

Baitu pintu ambulan tabukak dan para korban diangkut ke ruang p-erawatan, dokter Friska tapana,takajuik, tapakiak. “ Yanti………!” inyo basuaro getir. Tanyato Friska kawan kuliah Yanti di Unpad. Yanti indak marespon karano inyo alun sadar diri. 

Yanti, Hendra jo bininyo lakeh diarak ka ruang perawatan di IGD tu...Dokter Friska nan lansuang manangani Yanti...

Salanjuiknyo,dari duo anak Hendra, polisi mandapek petunjuk alamat rumah para korban . Bahkan, polisi mengantarkan dua anak ini ka rumah Hendra di Gunung Pangilun. 

Baitu oto polisi baranti di mungko rumah Hendra, urang-urang Gunuang Pangilun alah bakarubuang se. Tanyato adoh beberapa tetangga Hendra nan mandapek kaba kecelakaan ko dari live FB.  Namonyo Iwal Patuik anak Tek Monggeang. Iwal ko lah  nan manyebarkan kaba kecelakaan ko   ka dunsanak-dunsanak Hendra. 

Wakatu tu babarapo urang dunsanak Hendra lansuang manuju ka tampek kajadian. Tapi katikok nyo tibo, korban lah dibaok ka rumah sakik. Padahal di tangah jalan tadi sempat basalisiah jo oto ambulan. Tapi dek indak manyangko oto tu nan mambaok dunsanaknyo, taruih se inyo bajalan manuju Kasang tampek kejadian..

Sakatiko rumah bako Yanti barubah manjadi rumah panuah dek urang maratok. Padohal  keadaan alun tantu manga-manga, tapi  nan panik ko alah basijadi se. Bantuak urang kamatian suasana rumah tu kini. Ondeh.. para korban masih dalam penanganan medis. Ba doa se lah ba-a ya !

Uwo Bina, namo e. Inyo nan paliang bakalabiahan.  Uwo kakak sapupu dari papa Yanti ko agak bantuak urang dek jihin bunyi  ratok e. Ratok e ratok rang lamo bana. Antah ma nan ratok antah ma nan badendang. 

Ratok e ko inyo dendang-dendangan bagai. Bunyi ratok e ko sapantun jo bensin nan mampagadang nyalo api . Manyuluik urang untuak tabaok panik .

“ Oi…nak oi…mudo awak baru mah nan kami alah batinggakan se…ondeh Yanti…ondeh Hendra, ondeh Rini minantu kami, ondeh…Didit anak cucu kami…ba a kok baitu bana nasib kalian oi nak oi….capek bana kalian pai maninggakan kami ……..!” Uwo Bina maluluang-luluang gadang  jo ratok nan bairama…. Nyo dendangan ratoknyo tu sajadi jadinyo. Nyo tutuh-tutuh pulo badan e surang jo tangannyo nan bantuak urang kasetanan. 

“ Baru ka raso dakek wak oi yo Yanti oi…yo cucu kami Didit, kalian tinggakan kami…malang bana nasib rasonyo oi nak oi.  Sajak rimbo kahilangan rotan nan aka antah di mano, langkah tasakek di nan lapang, hati tasamek  di nan padiah , yo lah malang...malang..... !”

“ Mak Uwo….Manga Mak Uwo ko ha….”, kecek uni Lapin manyaba-nyabakan Uwo Bina nan makin manggalinjang-galinjang.Makin ditagah makin manjadi inyo maratok. Ba-a lai ko ha.....?

“Mangucap lah Mak Uwo  !” tadanga suaro lain maingek an nyo. Sabananyo banyak urang nan indak suko jo ratok Mak Uwo Bina ko. Tapi Mak Uwo ko bagak, ba-a lai.Indak adoh amak-amak nan barani madok ka Bina ko doh. 

Cilako, inyo pakareh molah buni ratok e tu. Sabana e, Uwo Bina ko maratok sakareh antah tu untuak mambuek opini  se tunyo. Ratok pencitraan tu mah! 

Urang sakampuang tahu bana bahaso inyo jo papa Yanti bamasalah sajak dulu. Memang inyo dulu nan paliang kareh mahasuik para dunsanak untuak malarang Papa Yanti babini ka urang subarang. 

“ A...si Ridwan ko...ko. Bantuak indak adoh se urang Gunuang Pangilun nan rancak. Lamak lo tempe tahu toge dek e pado randang”, baitu kecek e dulu. Urang Gunuang Pangilun sekitarnyo, tamasuak urang Alai memang terkenal jo “banang kusuik”. Banyak urang Alai jo urang Gunuang Pangilun nan balaki atau babini jo urang sakitar-sakitar sinan se. Banyak lago sakampuang. Jarang bana nan lapeh kalua. 

Uwo Bina indak ingin si Ridwan dunsanak laki-laki e ko lapeh ka lua. Inyo lah arek manjodohan Ridwan jo Sariputi anak Tek Sima. Sariputi ko tamatan PGA Gunuang Pangilun. Tapi Ridwan indak suko. Padohal, kalau sakironyo Ridwan ko namuah dijodohan jo Sariputi, lah duduak pulo pono Uwo Bina mah. Ba-a kok duduak pono tu? Ridwan ko sarjana. Wakatu tu urang Gunuang Pangilun alun banyak nan sarjana lai. Uang japuik sarjana ko sekian rupiah ameh ko. Duduak hetongan jo mamak, hiduik pulo komisi japuik Uwo Bina mah.

E alah. Ridwan manulak. Sajak tu lah Uwo Bina “mamblackcampaign” Ridwan sarato dunsanak saparuiknyo.  

Ratok Mak Uwo Bina ko takah ratok urang mahambiak mungko, baitu bisiak Ni Jum Naweh ka si Rel nan masih dunsanak dek papa Yanti.  

Samantaro, dunsanak-dunsanak nan lain acok  inyo bantu dek Papa Yanti, kecuali Uwo Bina. Uwo Bina ko muncuang e cipeh. Kalau bacaran jo urang, amuah inyo kambang-kambangan kain e. Amuah inyo singkok-singkok an ikua e ka urang. Inyo hangkang sangaik ka harato pusako tinggi. Papa Yanti paliang indak suko bana ka Uwo Bina jo anak-anaknyo.

 Anak-anak Uwo Bina ko banyak nan laki-laki dan pareman tak basikolah. Anak-anaknyo ko nyadu dek Uwo Bina  jo anak-anak e sepupu nan lain. Salah surang anak Uwo Bina pernah hampiang bacakak jo Hendra dek gara-gara Uwo Binan bingik katikok Hendra mambali oto baru nan sebagian pitihnyo dibantu dek Papa Yanti.  Dek muncuang cipeh Uwo Bina ko lah mangkonyo kaum Hendra agak tapacah badunsanak. Habih urang badunsanak nyo hadu-hadu. 

Kini ratok inyo pulo nan paliang kareh tadanga.  Tangih urang,  tangih sadiah balinang aia mato. Tangihnyo tangih  ubilih maundang aia mato . Antah ma nan maratok antah ma nan badendang. Lah samo se lumuik jo tapai...samo-samo licin kalau tapijak !

Nan jaleh babarapo urang dunsanak Hendra lah malaju lakeh ka RSUP DR M.Djamil. 

Didapek kaba bahaso Hendra lah mulai siuman. Bini inyo baitu pulo. Hanyo Yanti dan Didit nan masih barado di ruang penanganan khusus bagi korban gawat. Parah !

Uda Jambri adik sepupu papa Yanti sarato beberapo pemuda Gunuang Pangilun lah rami pulo  di rumah sakik. 

Samantaro Didit masih bataruang jo maut. 

Dalam igau tu adoh  beberapa kali Didit maimbau-imbau.

“Mama…mama…mama….papa….papa……opa !” 

 Itu setengah jam yang lalu. 

Kini Didit seakan indak mampu mangaluakan saketek pun suaro. Walau anak ketek nan yatim tu dalam ketidaksadaran namun  aiamatonyo taruih maleleh takah indak bisa baranti. Aneh...

Para dokter dan beberapo perawat nan sadang manangani Didit pun indak pulo mampu manahan sadiah. Biasonyo para dokter tegar menghadapi pasien, segawat apapun keadaan pasien. Tegar.  

Tapi di ruang tu kini ketegaran para medis  runtuah menghadapi suasana nan sungguah mamilukan hati. Ba-a kok aia mato Didit indak kariang-kariang. Biasonyo, urang kalau dalam keadaan tak sadar, jarang manangih.Jarang ia mato sampai balinang-linang jatuah  di pipinyo.  

Dokter Jon dan timnyo sekuat tanago tatap bausaho manyelamatkan jiwa anak ko. Tapi tantu sajo keputusan tatap di tangan Tuhan Yang Maha Kuaso. Katikok lampu kahidupan tak loai tasobok, katikok cahayo mato lah mulai pulo  galok, katikok  tapi kain alah mulai pulo kito rosok - rosok, katikok nan  jauh-jauh lah raso mahinok, katikok hinok baganti hanok, takah buruang tabang  hinggok malayok, adokah sayok nan indak tabaok, adokah  sabak nan indak lindok, adokah tangih nan indak ratok? 

Didit sabana-bana hanok. Angoknya  takah  handak ka lapeh dari badan. Ngiang-ngiang dalam ranyang mambueknyo seperti orang yang indak lai manahan sakik. Dalam ngiangnyo tu inyo maraso dipaluak dek papanyo. 

Dalam  keadaan sekarat  tu, kini  Didit tampak tersenyum. Aiamatonyo alah baranti pulo mangalia. Mato tu pelan-pelan alah tatutuik . Sakik raga anak ketek tu agaknyo lah lapeh. Didit lah pai....

Innalillahi wainna ilaihi rojiun....

Inyo seakaan tak sempat lai  manyampaikan salam perpisahan ka  mama nan nyo cintoi. Sadangkan Yanti antah  ba-a ko lah nasibnyo. Inyo sadang bataruah pulo jo nyao. Yanti indak sempat malapeh kepergian Didit seperti inyo dulu ndak pernah sempat manyampaikan salam perpisahan ka Rundi. 

Nan Didit anak satu-satunyo  inyo lapeh tanpa salam perpisahan tu. Tanpa tangih. Tanpa aia mato. Tanpa pelukan hangat sang mama. Perpisahan Yanti jo anak kanduangnyo tu adolah  perpisahan nyao jo badan. Samantaro perpisahannyo jo Rundi adolah perpisahan jarak jo rago di dunia nan samo. Inyo bapisah jo Didit untuak salamonyo, inyo bapisah jo Rundi hanyo untuak samantaro nan akhianyo kini lah basuo. Basuo dalam duka nan tiado rado-rado....Ba a aka lai ko?

Yanti alun tahu bahaso anak satu-satunyo kini lah tiado ! 

“Innalillah wainna ilaihi rojiun….!” 

Kemudian Dokter Jon tahanok . Matanyo sabak.Dokter Jon takah urang manahan tangih. Suasana ruang tu haniang sahaniang haniangnyo baitu Didit lah sabana-bana diam. Aruahnyo lah tabang ka sarugo....

Dokter Jon  lakeh-lakeh kalua manamui pihak keluarga Yanti. Wakatu tu, Jambri tagageh pulo manyonsong dokter Jon. 

“Ba-a Dok?” suaro Jambri harok-harok cameh.  

Dokter Jon takah urang manariak angok dalam-dalam. Inyo bausaho manyampaikan dalam ketegaran. 

“Saba yo Pak. Manusia hanyo punyo usaho. Kami lah bausaho kareh menyelamatkannyo, namun keputusan dan kahandak tatap di tangan Tuhan Nan Maha Kuaso” kecek Dokter Jon pulo sambia manyuruak an aia mato di baliak kaco matonyo.

“Pak…..?Kamanakan kami….ba-a keadaannyo ?” tabata-bata suaro Jambri salah surang dunsanak laki-laki dari Papa Yanti ko.

Dokter Jon tak menjawab. Inyo  hanyo mengangguk-angguk ngilu dan manggeleang-geleang padiah.  Ngilu. Dokter ini pun tak pulo tahan mancaliak ekspresi Jambri nan bantuak urang sangaik terpukul bana. Dokter Jon masuak kembali ke dalam ruangan itu. 

“Innalillahi wainna ilaihi rojiun….” , Jambri berujar lirih. 

Babarapo pemuda Gunuang Pangilun nan tadi mancaliak dari jarak agak jauh lansuang manyonsong ka arah Jambri. 

“ Ba-a da Jam? Ba-a keadaan kamanakan awak?” 

Ditanyo dek si Pal, Ijon hanyo manjawek: “ Didit ndak bisa diselamatkan….”.

Sarentak para pemuda tu malafaskan Innalillahi wainna ilaihi rojiun…

Jambri manyalasaikan admistrasi untuak mambaok jenazah Didit pulang.  Sudah tu Jambri jo babarapo pemuda sadang manunggu kaba  ba-a keadaan Yanti jo Hendra sarato Rini… 

Jambri lansuang pulo bagageh mambari kaba ka dunsanaknyo di Gunuang Pangilun bahaso Didit alah  mandahului kito sadonyo. Para keluarga manyiapkan rumah Hendra untuak bakameh-kameh manunggu jenazah Didit. Capek gerakan pemuda. Kurisi diangkek kalua. Lapiak dikambangkan di ruang tangah tu. Tenda PKK pun alah tapasang  di muko rumah duka. 

Keluarga mamutuihan untuak mambari tahu Ridwan Zainal, papanyo Yanti nan kini sadang di Banduang. 

“Agiah tahu se lah Uda Ridwan lakeh”, kecek ni Rat salah surang sanak papa Yanti. 

“ Ancak kau nan manyampaikannyo Rat. Kau santiang mangecek”, kecek Tek  Rayo ka si Rat. 

“Etek se lah manyampaikan Tek !” baleh si Rat...

“Ijan ambo lai. Mambana ambo. Ambo  indak talok manyampaikannyo doh. Mambana ambo ha.  Uda ko bapanyik lo ko mah. Inyo jantuangan tu….!” Jawek Tek Rayo pulo.  

“Kalau ndak tu tak usah se disampaikan du lu ba-a?” Solo si Bar Temben katidiang gadang. 

“ Iko indak bisa disuruak-suruak, sampaikan se lah elok-elok”, baleh si Rat. Tapi tolong tunjuak an, ba a pulo manyampaikan kaba buruak jo elok-elok. Kaba elok basampaian.Kaba buruak baambauan. Saelok-elok caro manyampaikan kaba tak elok, nan raso pasti buruak tapuruak ramuak-ramuak mah. .  

“Kini baitu se lah,  usah  kecek an Didit maningga. Sampaikan se ka Uda Ridwan bahaso urang ko kecelakaan, tapi indak ba-a ba-a bagai keadaan mereka doh….batanang-tanang caro mangecek an nyo dih ….!” kato Uni Inar lo manyolo. 

“Kau lah nan  manyampaikan Rat !” 

Sipakaik induak-induak mambari amanah ka si Rat untuak manyampaikan kaba duka ko ka Uda Ridwan. 

“ Assalamualakum Da…iko Irat mah “ baitu kato Irat katikok talepon ditarimo dek Papa Yanti. 

“Waalaikum salam. Ba-a kaba Rat?”

“ Alhamdulillah baik-baik sajo Da….!” jawek Irat jo suaro data.  

“U......Uda tanang dih…..!”

Irat cilako. 

Suaronyo manggaretek juo akhirnyo.  Iko bana mambuek jantuang papa Yanti agak lain bunyi dataknyo. Hubungan bathin seorang ayah dengan anak, hubungan bathin seorang kakek dengan cucu mulai manjala ka saluruah pintu raso nan tibo ka bakeh diri Papa yanti kini. 

 “Adoh....a...adoh  a.....apo Rat?” gegek suaro Ridwan sang papa. 

“Indak Da. Ndak adoh apo-apo doh Da…tanang se lah Uda. Cuma….” Tagantuang suaro Irat manyabuik. Sabananyo inyo pun indak sanggup malanjuik an kato, tapi dek alah tadorong, inyo kuek-kuek an dirinyo untuak malanjuik an kaba. Urang sabalik mancaliak ka Irat nan manyalokan speaker hape tu. 

“ Cuma apo Rat?Adoh apo Rat?” tinggi jo tatakan suaro Ridwan. 

“Da, Yanti,Didit, Hendra, Rini dapek kecelakaan saketek Da. Kini alah di rumah sakik…rancak Uda pulang…..!”

Mandanga Irat mangecek takah tu, lansuang lain raso di dado Ridwan. Dadonyo lansuang sasak. Talepon lansuang taputuih.Urang di ateh rumah tu tegang mandanga. 

“Ba-a kok mati…ba-a kok mati hape uda Ridwan tu?” kecek Ni Bar Temben. 

Jauh di Banduang, Ridwan papa Yanti lansuang maraso sakik di dado. Inyo tanangkan dirinyo sabanta. Alah agak tanang snek, baru inyo suruah mbok Iyem, pembantu nan setia ko untuak manyiapkan baju. Walau jantuangnyo tatap maraso tak lamak, Papa Yanti ko lansuang mamasan tiket pesawat lewat online. Dapek Garuda. Penerbangan sore bekoh. Inyo bagageh manuju bandara Soekarno Hatta. 

Lalu apo nan sadang dilakukan Rundi di Bukiktinggi? 
Rundi panik bana. Raso basalah ganok tumbuah di hatinyo.  Indak tau jo ojok ruponyo kini. Indak tahu jo  apo nan kadisabuik. Baitulah keadaan rumik Rundi. Inyo pun  alun  dapek kaba tentang Didit nan alah maningga. Kok dapek kaba, antahlah mungkin batambah gadang risau jo rusuah manimpo hatinyo. 

Rundi alah ka siap-siap untuak barangkek ka Padang. Inyo sadang manunggu Syafri. Katikok inyo resek sakunyo, ruponyo dompetnyo tatingga pulo di rumah. Dalam perjalanan ka rumah, inyo talepon baliak Syafri. Inyo mintak Syafri untuak manunggunyo sabanta di toko. 

Tibo di rumah, Rundi lansuang mambari tahu ka Ijah, bahaso kawannyo nan banamo Yanti nan ka manjadi mitra bisnisnyo balangga katikok handak ka Bukittinggi. 

“ Yanti, Jah…..!”

“ Yanti ma Da?”

“Nan uda kecek malam tadi . Kawan uda waktu SMP tu….Nan ka sato ikuik manjadi pemodal tu mandapek kecelakaan di jalan….”

Sakali ko agak kurang lamak pandangaran Ijah katikok Rundi manyabuik namo “Yanti” dan katikok Rundi manyabuik “Kawan Uda waktu SMP” . 

Agak lain rasonyo dek Ijah. Naluri bini mungkin ndak? Karano, partamo ba-a kok laki e ko panik bana? Ba-a kok laki e ko bantuak urang tarumuak bana? Ba-a kok laki e ko cameh e basijadi bana?Ba-a kok seolah-olah nan mandapek kecelakaan ko bantuak urang kahilangan dunsanak kontan bana dek Rundi ?  Ba-a kok co iko bana jadinyo ? Iko nan mambuek Ijah maraso tak  lamak di hatinyo. Adoh apo sabananyo? Ijah indak pulo barani batanyo labiah dalam. 

Ijah....Ijah....Ijah. 

Padohal sabalun-sabalunnyo mano pernah Ijah maraso tak lamak perasaan ka Rundi . Kini raso ko takah  manjala ka sado alah ruang pangananyo, ruang hatinyo, ruang raso sagalo raso. Iko manjadi pertanyaan gadang  di hatinyo. 

Ijah diam. Sakali lai Rundi bakato. 

“Uda harus ka Padang Jah”

“Kini ko juo,  Da?” 

“Iyo, ba-a tu?”

“Indak bisa agak sore bekoh Da? Ijah mintak kawanan jo Uda ka dokter” 

“Indak bisa uda doh !” agak kareh suaro Rundi. Indak pernah Rundi sakareh ko bana doh. Kini ba-a kok co iko ko? Ijah mauruik dado jo bathin nan luko. 

Sampai hati Rundi manjawek indak bisa yo ? Adokah seorang laki nan manulak mangawani  bininyo untuak barubek ka dokter? Kalau laki ko sayang ka bininyo, apopun kahendak bini nan logis-logis pasti inyo panuhi mah. Mangawani Ijah ka dokter itu sebuah permintaan yang biaso. Sangaik biaso. 

Tapi keadaan nan mambuek iko manjadi tak biaso. 

“Hanyo sabanta Da…!” 

“Indak bisa...uda tagageh ! Ijah kan bisa pai surang mah….”

Ondeh. Ramuak dado Ijah rasonyo. 

Hanyo sakali ko Rundi manulak permintaan Ijah. Rundi tak pulo batanyo-tanyo apo sakik Ijah. Iko bana nan mambuek Ijah tarumuak. 

Lambek-lambek jo hati agak tahibo, Ijah bakato walau tak ditanyo Rundi apo sakiknyo. 

“Paruik Ijah sakik Da…”, kato Ijah agak mahibo-hibo. Rundi tak marespon.Pangananyo ka Yanti se. 

Sajak babarapo hari ko  Ijah memang telat menstruasi. Adoh raso sakik pado lapisan paruiknyo nan mambueknyo acok mual-mual. Mungkin Ijah hamil ko. Ijah mangalami “morning sikness” namonyo yaitu perasaan indak nyaman pada pagi hari. Iko salah satu tando-tando urang hamil ko mah. 

Rundi kembali dihadok an pada keputusan nan sabana rumik dan sampik. 

Dek Rundi diam sajo, Ijah mandakek ka lakinyo ko sakali lai. Inyo baharok bana supayo Rundi namuah mangawaninyo ka dokter. Inyo bae mangalah. Inyo paluak lakinyo ko sambia bagayuik manjo. “ Uda kawani Ijah dulu ka rumah sakik dih, sore sajo Uda barangkek yo…..!” 

Nan bini mintak dihantakan ka rumah sakik, nan pacar lamo sadang maragang nyao di rumah sakik. Sia nan kadidahului ko ?

Rundi haniang,henponnyo badariang ! 

(Basambuang) Bukittinggi 080620/2;08

Oleh : Pinto Janir

Cerah bana langik Padang pagi ko. Kini Yanti lah ka siap-siap pulo handak pai ka Gunuang Pangilun ka tampek bakonyo,  ka rumah Hendra .  Di satu sisi,  sabananyo hatinyo agak barek untuak pai ka Bukiktinggi dek karano lah tajanjian pulo dek Yanti ka maajak bakonyo pai jalan-jalan ka Kawasan Mandeh. Di sisi lain, inyo indak bisa pulo mangatokan kato indak ka Rundi. Tapi, tadi malam inyo lah dapek ide. Pai jalan-jalan indak dibatalkan tapi arah  tujuan nan  digeser ka Bukiktinggi. 

Yanti dari rumahnyo di Ulakkarang pai ka Gunuang Pangilun mamakai go car. Inyo duduak di balakang supir. Baitu oto baru bajalan agak 50 meter, inyo mulai cameh dek karano tiok sabanta supir go car ko mancaliak taruih ka kaco spion dalam oto tu. Nyo lirik-lirik taruih se Yanti nan tampak sadang mamain-mainkan hp di tangannyo tu. Ruponyo Yanti sadang ma WA Rundi. Yanti maagiah kaba ka Rundi  bahaso inyo lah ka siap-siap ka Gunuang Pangilun. 
Yanti mambari tahu pulo ka Rundi tantang perasaannyo nan  sadang cameh di ateh oto  go car ko. 

Lansuang Rundi manelpon saat itu juo. 

“ Yanti, turun sajolah dari ateh oto tu. Bia uda talepon adik-adik  uda nan di Padang untuak mahantakan Yanti ka Gunuang Pangilun tu”, kato Rundi nan sadang di tokonyo tu jo nada suaro nan agak cameh bana kadangarannyo. Inyo cameh kok nyampang tajadi apo-apo jo pacar lamonyo ko ba-a? 

Rundi sangaik indak siap kahilangan yanti. Alah macam-macam se pikiran nan tumbuah dalam pangana Rundi. 

Tapi Yanti manjawek kecemasan Rundi jo mangatokan, mudah-mudahan indak tajadi apo-apo. Yanti indak mangecek an ka Rundi bahaso kaco pilem oto ko  sabana galok . Kalau iko nyo sabuik an pulo  ka Rundi, alamaik Rundi makin batambah cameh dan mungkin juo jo  kato-kato nan  labiah tageh inyo manyuruah Yanti turun lakeh dari oto tu. 

“ Yanti yakin indak ka tajadi apo-apo, sayang?” , tanyo Rundi agak khawatir nan balabiahan. 

“Mudah-mudahan baitu Da. Kalau tajadi apo-apo, Yanti lansuang manelpon Uda...”

“ Lai Yanti catat bara nomor platnyo?”

“ Ondeh indak Da!”

“Kalau baitu turun se lah....!” 

Samantaro oto lah ka ampiang sampai ka arah Simpang Tinju Kandih. Adoh tagarak di hati yanti untuak mintak turun, tapi....

“Dakek lai nyo Da....mudah-mudahan indak ka ba-a   ba-a gai doh !” rado-rado babisiak Yanti manyampaikannyo. 

Baru Rundi agak tanang snek. Sudah tu baru talepon diputuihkannyo. 

Tapi, baitu oto sampai di Simpang Tinju, nan seharusnyo oto ko  belok ka arah suok, ka arah Gunuang Pangilun, tapi supir ko takah-takah ka mahambiak jalan ka arah  kida,  arah  ka Siteba. 

Tantu badampuang darah Yanti dibueknyo. Apolagi dari kaco spion tu supir ko matonyo bantuak urang mangalelek sarupo ka mamakan nak gadih urang se. 

Katikok Yanti ka manelpon Rundi, supir ko lansuang mangecek jo suaro lambek sarato ramah. 

“ Sori yo diak, ambo singgah sabanta ka rumah ko dulu dih. Indak lamo bagai doh. Mahantakan titipan ko senyo ha.Sabanta bana...yo Diak “. 

Supir tu bagageh ka lua sambia mambaok bungkusan ketek. 

Yanti mulai agak tanang. Suaro supir tu indak sabandiang ruponyo jo wajahnyo nan agak-agak kareh snek tu ha. Suaronyo sajuak. Tanyato wajahnyo sajo nan agak  sanga. Indak lamo sasudah tu supir ko naik ka ateh oto tu baliak. Inyo belok an arah otonyo ka arah Gunuang Pangilun. Yanti mulai lega ! 

Sudah tu inyo mangecek. 

“Diak.Adiak ambo caliak jak tadi  persis bana bantuak bintang pilem India...Bantuak Kajol nan adoh di pilem kuch kuch hota hai, tu ha”.

Yanti hanyo tersenyum mandanga supir tu mangecek. 

“Ambo pengagum Kajol ko mah  Diak !” 

Oo patuiklah  apak supir ko jak tadi  tapana-pana neneang mancaliak ka Yanti. Ruponyo apak ko pengagum berat Kajol . E yayai ya.... 

Indak lamo sudah tu, oto ko sampai di tampek tujuan, rumah bako Yanti. Yanti mambarikan lembaran pitih limo puluah ribu ka apak supir ko. 

“ Ko baliaknyo yo Diak”, kecek Pak Supir ko pulo. 

“Indak usah lah Pak. Ambiak sajolah untuak apak, ka untuak anak-anak bagai molah “, Yanti manulak kembalian pitihnyo tu. Si apak sampai bakali-kali mangatokan tarimokasih. 

Sabalun Yanti turun, apak ko turun pulo dari ateh otonyo. Manganyo ko lah?

“ Diak, buliah ambo selfie jo adiak? Ka ambo palanggak-an ka rang rumah ambo bahaso ambo batamu jo Kajol.....hehehehehehe”. 

Yanti ko urangnyo ramah. Indak sombong gai doh. Makonyo tarimolah ajakan baselfie jo Pak Supir tu kini.  

“Mokasih yo Diak !”

Yanti tersenyum dan bagageh mambukak paga rumah Hendra kamanakan kontan dari papanyo ko. 

Alun bel inyo pencet lai doh, Didit anak satu-satunyo Yanti jo almarhum suaminyo Satrio, mancogok mamaluak mamanyo ko.  

“ Mama, Didit kangen mama !” 

Hinggo Hendra jo bininyo nan banamo Rini sarato anak-anaknyo kalua manyambuik Yanti. Sadanbgkan Didit ondak lapeh-lapeh bagayuik di tangan mamanyo ko. Antah ba-a ko lah, bangkik bana manjo Didit pagi ko. Memang alah babarapo malam ko Didit lalok di rumah Hendra, samantaro Yanti lalok surang  di rumahnyo nan di Ulakkarang. 

“ Ba-a Uni, barangkek awak lai?” kato Hendra. Yanti tersenyum. Inyo duduak di ruang tamu rumah Hendra. Didit masih basengko-sengko lamak jo Yanti. 

Sakali lai Hendra batanyo: “ Ba-a uni, pai jalan-jalan wak lai?”

Lah duo kali Hendra batanyo, Yanti alun juo manjawek. Yanti sangajo diam dek inyo sadang mancari  slah ba-a caro manyampaikan bahaso acara pai jalan-jalan digeser dari kawasan Mandeh ka Bukiktinggi. 

“ Hendra....”, lambek-lambek baruYanti mengecek, “kebetulan uni hari ko adoh pertemuan membicarakan bisnis jo uda Rundi di Bukiktinggi....”.

“ Jadi....Batal wak pai Ni?” lakeh Hendra maminteh. 

“Batal indak. Tujuan nan awak ganti. Awak tatap pai jalan-jalan. Tapi indak ka kawasan Mandeh, ka Bukiktinggi wak rami-rami dih....!”

Mandanga ka Bukiktinggi, iyo agak lamah salero Hendra.Dek karano, kota ko alah acok bana inyo kunjungi jo anak-anaknyo. Namun inyo indak lo namuah mampacaliak an kekecewaannyo ka anak mamaknyo ko doh. 

“Indak ba-a doh Uni. Bagi Hendra di ma uni nan ka sanang se lah...” jawek Hendra. Yanti pun lega. 

“ Ayo anak-anak, mari kita siap-siap  lagi....!” kato Hendra. Jo gadang hati, anak-anak Hendra lansuang naik ka ateh oto tu.  

Tapi Didit tampak haniang juo baru. Inyo masih juo basengko-sengko jo mamanyo. Mungkin Didit rindu sangaik ka sang Mama. 

“ Ayo Dit, kita bergerak, Nak !” 
Jo langkah maleh-maleh Didit maikuti mamanyo manuju ka ateh oto. 

Dari dalam kamar tadanga suaro Rini bini Hendra. 

“Tunggu sabanta Da....”, tampaknyo bini Hendra masih alun salasai ba make up. 


Indak lamo kemudian, urang ko lah naik ka ateh oto sadonyo. Nan mambaok oto adolah Hendra. Di sampiangnyo adoh bininyo . Bini Hendra ko tipikal padusi agak panggaya. Kaco mato itamnyo lakek sakali. 

Yanti, jo Didit duduak di kursi tangah. Anak-anak Hendra duduak di bangku balakang. 

Katikok oto ka barangkek, Didit ngecek lambek-lambek ka Yanti. 

“Mama, Didit lupa bawa poto Opa !” 

Ha? Tibo-tibo Didit kok taingek ka Opanyo nan kini sadang di Banduang. Poto papa Yanti ko memang adoh tagantuang di dindiang rumah Hendra. 

Sudah tu Yanti mamintak Hendra untuak mahambiak-an poto sang Opa. Poto tu dibarikan Hendra ka Didit nan lansuang mandekap poto sang Opa nan babingkai jo warna perak tu. 

Didit ko cucu Opa yang paliang disayang. Itu wajar, karano Didit cucu satu-satunyo dek papa Yanti. Apopun kandak Didit, balaku dek sang Opa. 

“ A lagu wak nan ka rancak kini ko Ni?” kecek Hendra sambia mambaok oto. 

“ Cubo Hendra cari di youtube lagu Merepati Tak Pernah Ingkar Janji, penyanyinyo Paramitha Rusady”, kato Yanti sambia taruih mendekap Didit yang asik main game di hapenyo. Nan poto opanyo tatap dalam pangkuan Didit. 

“ Jadih Ni....”, jawek Hendra sambia manyuruah  bininyo mancari lagu tu di youtube. Baitu lagu batamu, melalui bluetooth hp disambuangkan suaronyo ka soundsistem oto.

Baitu lagu ko menggema, Yanti yang memang suaronyo rancak, lansuang ikuik mairingi lagu . Tanyato bini Hendra ko suko pulo ka lagu ko. Baduo-duo molah barangko malagukan Merpati Tak Pernah Ingkar Janji.

Lagu mulai nyala....

“Saat indah kita berdua
merajut kasih
saling bina cinta
tulus murni”

Katikok lirik ko diikuti Yanti, pangananyo lansuang manarawang  ka Rundi. Hatinyo tasadu. Taibo-ibo . Nyo gusuak-gusuak palo Didit nan asik se taruih mamainkan game di hapenyo tu. 

“Tiada ingkar tiada dusta
terucap janji
selamanya cinta
menyatu di dalam kalbu”

Katikok sampai ka lirik nan iko, hatinyo makin luluah lantak. 
 Taibo-ibo surang. Tabayang deknyo maso inyo pindah wakatu SMP ka Banduang dulu tu. Tabayang pulo deknyo katikok surek inyo titipkan dulu ka Mayang anak mamak Rundi nan kanai hati lo diam-diam ka Rundi. Balakangan baru Yanti tahu bahaso surek tu tanyato indak disampaikan Mayang ka kekasihnyo Rundi. 

“Kau kusayangi
hanyalah dirimu di dalam hidup ini
oh...tuhan karuniamu
mampukah kuterima semua suratan ini”

Pas dilirik nan iko bana , tabayang deknyo keindahan malam wakatu basamo jo Rundi di kamar dalam hujan dan patuih tongga. Tabayang dek nyo betapa hangatnya pelukan Rundi dalam keharuan yang indak takatokan. Yanti malulua tangih ka dalam. 

“semuanya kupasrahkan
ke tahta suci
cinta cita utuh
dan abadi
tiada ingkar tiada dusta
terucap janji
selamanya cinta
menyatu di dalam kalbu”

Baitu lagu sampai dilirik ko, Yanti mahambiak kaco mato itam dalam tasnyo. Bukan untuak bagaya. Tapi adolah untuak manyuruak an sabak nan mulai baganang-ganang di ruang matonyo. Inyo indak ingin bini Hendra nan acok mancaliak-caliak ka balakang sambia balagu tu , tacaliak lo dek nyo bekoh  mato Yanti nan sadang basabak hati.  

Itulah padusi. Sadalam apo pun luko di hatinyo, kalau bisa disurukkan, inyo suruak an juo baru mah. Padusi kalau lah manyimpan cinto, cintonyo sampai mati. Yakinlah!

Lapeh dari tabiang, ka masuak ka Lubuak Buayo, langik nan tadi cerah, tibo-tibo lah lindok se. Memang, pado saat kini, cuaca di ateh dunia ko sulik untuak  ditebak. Cewang di langik alun tantu tando ka paneh. Gabak di hulu, baitu pulo, alun tantu tando ka hujan. Rinai di Aiatawa bisa se paneh di Lubuak Buayo. Baitu pulo sabaliknyo. 

Hujan labek sacaro mandadak, alah acok kini tajadi. Labek salabek-labek antah, tibo-tibo taduahnyo sataduah-taduah antah dan bisa se sudah tu  langik tarang lo baliak. Cuaca makin labil.  Tanyato,sarumik-rumik cuaca poilitik, masih bisa wak takok-takok uwok kama atau di ma kiro-kiro ujuangnyo . Tapi indak baitu dengan cuaca langik terkini. Kalau langik kahilangan tando, apo lai nan ka kito jadikan padoman? Adolah raso. Yo raso. 

Dek ulah bapadoman ka raso juolah  mangkonyo Yanti indak pernah rado rindunyo ka Rundi. Baitu pulo Rundi. Urang ko samo-samo takah itu. Samo-samo yakin, kalau suatu saat pasti basuo dalam suato partamuan di ruang maso. Duo kayakinan kalaulah batamu, mako nan tajadi adolah kakuatan untuak mambuek alam mambantangkan ruang. Ruangan partamuan bagi urang baduo ko,  apo mungkin  akan tabantang di alam nyato? 

Samo-samo kito caliak molah. 

Nan jaleh pangana Yanti sabana laruik ka Rundi. Walau hatinyo samulo tak lamak  dek alah mamabatalkan janji ka mambaok bakonya bajalan-jalan ka kawasan Mandeh, namun kini hatinyo tu mulai tanang mancaliak betapa sanangnyo bini Hendra .Hendra sendiri tampak  mambaok oto sambia basiu-siu ketek jo maangguak-angguak bantuak urang bagadang hati. Samantaro anak-anak Hendra lah takalok di kurisi balakang. Didit masih tatap asik main game di hape. Sajak tadi inyo indak basuaro. 

“Apo lagu wak lai Ni.....” tanyo Hendra ka Yanti nan marupokan anak kanduang dek mamak kontannyo. 

“ Oh yo Hend...wakatu di Banduang, uni pernah mandanga lagu Minang. Lain lo lamak-lamak lagunyo. Agak dalam makna liriknyo snek......”

“Sia penyanyinyo tu Ni, Zalmon?”

“Bukan....!”

“AnRoys ndak Ni?”

“Bukan Anroy’s. Diujuang-ujuang lidah uni namonyo....”

“Sia tu Ni?” 

“Itulah, lupo pulo uni ha? Judul lagunyo kalau indak salah uni , Luko tak talupokan“, kato Yanti. Hendra lansuang manyuruah bininya mancari lagu tu di youtube.

“Ooooh, penyanyi jo penciptanyo Pinto Janir ruponyo, Ni. Pinto Janir ko urang Gunuang Pangilun ko mah ni. Subalah rumah da Ir. Rumahnyo indak jauh dari rumah awak tu doh Ni !” 

“Ha? Urang gunuang juo  inyo ko? “ kato Yanti agak takajuik lo stek dek karano lagu ko acok dulu nyo puta-puta katikok rindunyo ka Rundi makin mambangkak. Kini lagu ko nyo simak elok-elok baliak dek Yanti. Walau Yanti  alun hapal bana jo lagu ko , tapi inyo suko...Suko jo liriknyo. Yanti lansuang lo mambukak hapenyo. Supayo inyo jan lupo-lupo, inyo bukak channel youtube Pinto Janir.Nyo caliak dek Yanti, tanyato adoh 161 jumlah vidio Pinto Janir nan tadiri dari lagu dan puisi Pinto. 

“ Rini.....”, Yanti bakato ka Rini bini Hendra, “Uni subscribe youtube Pinto janir”. Dijawek dek Rini: “ Awak iyo lo ni”. 

Sudah tu dari hape Rini nan tasambuang melalui bluetooth ka tip oto, tadanga lagu Luko Tak talupokan  nan dinyanyikan dan dikarang  dek Pinto. 

“Bapadamkan juo 
Suluah nan den tumpangkan
Lah kalam ruang tampek pajanjian
Bacabiak bacampakkan babuang kan
Surek nan den kirimkan.....”

Lirikko mambuek pangana Yanti makin malayang-layang jauh ka Rundi. Sungguah, surek tu inyo kirimkan ka Mayang sabalun pindah ka Banduang. Batahun-tahun Yanti manunggu balasan surek dari Rundi.Tapi tak kunjuang tibo. Tanyato surek tu indak pernah dikirimkan dek Mayang. Justru Mayang nan mambuang surek Yanti ka Rundi ka banda subarang jalan mungko SMP 1 Bukittinggi tu. 

“Baganti batuka jo surek undangan...
Sesonyo denai nan manangguangkan” 

Tabayang dek Yanti katikok inyo dijodohkan papanyo jo Satri. Inyo manarimo satrio bukan karano cinto.Tak. Bukan. Partamo inyo indak bisa manulak keinginan papanyo nan otoriter ka anak tu. Kaduo, inyo lah putuih aso manunggu Rundi. Katikok inyo manarimo pinangan Satrio, di malam partamo, indak adoh urang nan tahu bahaso Yanti manangih diam-diam di balik banta di septrei putih berbercak noda darah. 

Lagu tu taruih bergema. Yanti manyimak dalam hati...

“Runtuah sudah taratak tampek basuo
Lumuik jo tindawan tumbuah di janjang kasiah
Lusuah sumpah nan jo janji
Hanyuik tapian oi tacampak cinto
Hiduik manjadi bayang luko tak talupokan
Baganang-ganang tangih di panantian”

Ya, Yanti kini yakin, penantiannyo akan sampai. Kasiahnyo nan alah lamo hilang kini rang di ruang mato....

Lagu Pinto sarupo mancabiak-cabiak hati Yanti....

“Oi lindok nan maharam patang hari
Baoklah alang ka padang sunyi
Kubuakan hari-hari nan tasulam
Di pulau cinto di gurun dandam
Di pulau cinto di gurun dandam”

Yanti yakin seyakin-yakinnyo, bahaso inyo indak ka pernah mangubua cinto di gurun dandam. Nan tabayang deknyo adolah balayia sampai ka pulau...yo ka pulau cinto basamo Rundi. Apopun itu risikonyo !

Baitu lagu ko berakhir....bini Hendra tapakiak. Dek a? 

“Hati-hati Da !” ampiang se Hendra manyemba anak mudo nan sadang bahape-hape di ateh Honda. 

“Ijan kancang bana mambaok oto Hendra, jalan licin !” Yanti maingek-an Hendra.

Kini ko urang ko lah masuak daerah  Kasang. Hujan lah mulai rado. Jalan indak rami-rami bana. Lalu lintas agak lancar snek. Biasonyo, jalan raya Padang Bukiktinggi ko selalu rami mah.Mungkin dek kini ko indak akhir pakan makonyo agak lancar snek walaupun agak tasandek-sandek dek ulah trik bairiang-iringan dengan jarak dakek. 

Di muko oto Hendra tampak  adoh duo truk nan bajalan bairiang-iriangan. Iko nan sabananyo nan mambuek salah satu sebab macet. Kalau Hendra indak mahambiak inisiatif mamotong truk ko,  alamat urang nan di balakang nan ka sah taniayo. Hendra mancaliak ka kaco spionnyo. Tampak deknyo lah ampek oto adoh di balakang bantuak ikua ula. 

Bakali-kali hendra mancubo handak mamotong. Tapi kesempatan nan tapek untuak mamotong ko alun juo adoh. Baitu tabukak  se saketek kesempatan, nyo takan gas oto sakuek antah dek Hendra. Baitu inyo tibo di tangah, mancogok pulo ciek truk di mungko. Ondeh mak oi. Gantuang bola ko. Bini Hendra tapakiak. Yanti tapakiak. 

Hendra  bantiang kareh setir ka kida. 
Telat. 
Bahu tangah otonyo tatingga . 

Buaaaar....Praaaak !

Dek baitu kareh gaga bunyinyo, sampai kalua urang nan barumah di tapi jalan dibueknyo. Urang-urang dalam kadai di tapi jalan tu lansuang mahambua mancaliak apo nan tangah tajadi. Sarantak urang kadai basorak: “ Astaga, urang balangga....!”

Indak dapek diagak.Badaram sabana kareh. Truk  mahantam pintu subalah suok oto. Didit indak sempat mamakiak. Inyo jo poto opanyo nan babingkai kaco tu takapiak. Kaco bingkai poto tu mancabiak paruik dado Didit.  Yanti tagagau. Darah manyambua baserak. 

Mujua sapanjang hari, malang sakijok mato. Untuang nan indak taraiah, malang nan indak tatulak. 

Didit maaguik-aguik, Yanti tak sadarkan diri. Duo anak Hendra di balakang salamaik. Hendra taakuak kapalonyo ka setir. Bininyo lah rabah manggajalejo dan angok-angok i pulo.  

Masyarakaik bahambua bakarumun. 
Sabagian baupayo untuak  manolong. Sabagian sibuk mamoto-moto jo hapenyo. Adoh pulo nan live youtube jo live FB bagai. 

Antah sia kolah. Urang dalam musibah, adoh pulo di antaro karumuan massa tu nan mangaja ka muko oto Hendra. Ruponyo pai mancataik plat nomor untuak ka nyo tembak ka bete. 

“ Anam baleh di balakang e. Aden tembak ampek angko !” kecek anak mudo tu ka kawannyo. 

Samantaro masyarakaik berhasil mengevakuasi para korban di ateh oto tu ka sebuah lapau di pinggia jalan. Duo anak Hendra manangih-nangih. Yanti, Hendra jo bininyo indak sadarkan diri. Nan parah tu adolah Didit. Badarah-darah. Inyo maaguik-aguik hangok, sambia taruih bantuak manggigau maimbau-imbau : “ Papa...mama....papa...mama.....opa.....”. 

Beberapo masyarakaik tampak baupayo mahambek oto pribadi untuak mambaok korban ko supayo lakej dilarikan  ka rumah sakik.

“ Pak....Pak...tolong baok ka rumah sakik Pak....!”  seorang pemuda sinan tampak mahantikan oto kijang nan disupiri dek surang apak-apak. 

“ Ondeh maaf yo, ambo tagageh ha !” 

Apak tu cigin. 

Beberapa pemuda  maupayokan  pulo untuak mahambek oto nan lain. 

“ Pak tolong Pak...ibo wak Pak....anak tu Pak ha.....” seorang pemuda  nan lain manunjuak ka arah Didit nan balumuran  darah....

Dulu wakatu kampanye banyak oto ambulan bamerek dan bagambar caleg nan simpang siur di tangah jalan tiok cacah. Kini kama ko lah oto-oto ambulan tu yo?

“ Sori...sori, ambo adoh paralu bana ha . Cubo ambek oto pik up nan dibulakang oto ambo ko “, si apak ko manunjuak ka oto pik up Mitsubishi  L300 nan biasonyo mambaok karambia. 

Beberapo pemuda ko lakeh-lakeh balari ka arah oto L300 nan sadang indak bamuatan tu. 

Samantaro masyarakaik makin banyak nan bakarubuang maliek para korban nan diamankan  di lapau tu. Ndeh...banyak e lai nan mamainkan kamera. Adoh gai nan sadang liver bantuak reporter di TV. 

“ Sanak sadonyo, siang ko alah tajadi kecelakaan maut. Iko korbannyo. Kini babarapo pemuda sadang mananti oto ka mambaok korban ka rumah sakik...” 

Kajadian tu sangaik capek. 

Supir L300 ko agak kareh bantuak urangnyo. Agak pareman. Di tangannyo adoh tato love ngenek. 

“ Da...bisa mintak tolong Da...tolong baok korban ko ka rumah sakik Da...!” 

Supir nan bantuak pareman ko bagageh turun. Nyo lansuang manuju ka arah korban. Tapi bersamaan jo itu polisi tibo sarato babarapo oto ambulan, agaknyo mungkin ambulan dari Puskesmas Lubuakaluang mah. 

Yanti dilarikan jo ambulan tapisah dari anaknyo. Dek karano keadaan korban ko parah jo gawat mako ambulan tu malarikan para korban ka Padang ka RS DR M Djamil !

Di tangah jalan, di antaro raungan bunyi sarine, Yanti mulai siuman. Kesadarannyo pelan-pelan puliah. Nyo caliak ka suok, tampak bini Hendra. Nyo caliak ka kida, tampak Hendra sadang pingsan pulo. Nan indak nampak dek nyo adolah anaknyo. Di antaro padiah jo sakik, nyo mahimbau-himbau namo Didit. 

“ Didit...Didit...di mana engkau Nak “.

Seorang petugas medis di ateh oto tu mancubo mananangkan Yanti. 

“Tenang Buk...tenang Buk...anak ibuk aman kok...”

“Anak saya di mana?” 

“ Di ateh ambulan ciek lai Buk....Anak Ibuk aman. Tanang Buk. Sabanta lai awak tibo di RSUP DR M Djamil.....”, kato perawat tu pulo. 

“ Boleh saya minta tolong...? Tolong hubungi...”

Perawat itu lakeh-lakeh mambukak hapenyo. 

“ Bara nomornyo Buk ?” 

Yanti menyebutkan nomor HP Rundi. 

“Lah tasambuang Buk......” kecek perawat tu sambia malakokkan hape ka talingo Yanti. 

“ Uda......Uda..... !” Yanti tak mampu bakato-kato . Nan didanga dek Rundi hanyo tangih Yanti. 

“Adoh apo Yanti...adoh apo Yanti?” Rundi mulai cameh. Sangaik cameh. 

“Kami kecelakaan...!”

Takkk!

Raso kalapeh tali jantuang Rundi mandanganyo. Inyo tahaniang.Inyo tahanok. Inyo maraso basalah. Basalah bana. Inyo nan mamintak Yanti ka Bukittinggi. Harusnyo inyo indak paralu mamasokan Yanti untuak harus hari kini ko juo ka Bukittingggi. Kalau sekiranya wakatu bisa diputa ka lakang, Rundi mamiliah bia inyo nan barangkek ka Padang. Bukan Yanti. Iko nan manjadi penyesalan baginyo. 

“ Didit...Da...Didit Da !” 

Makin lamo makin lamah suaro Yanti. Sudah tu suaro tu diam. Nafasnyo naik turun. Perawat lakeh-lakeh mamasangkan oksigen ka Yanti. 

Kalau tajadi apo – apo tahadok Yanti dan Didit, Hendra sarato bininyo Rini, Rundi indak ka mampu memaafkan dirinyo sendiri ! 

Penyesalannyo akan manjadi penyesalan saumua hiduik. Pisau cintanyo pasti mahujam-hujam tapek ka ulu rindu. Hatinyo akan samakin ngilu mengenang Yanti kalau keadaan paliang buruak tajadi. 

Picayolah...

(Basambuang)

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
F